Rantau Jaya Udik II, 06 Agustus 2025 – Dalam upaya mendukung pertanian berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional BKS-PTN Barat Kelompok 12 mengadakan sosialisasi dan demonstrasi pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dan Biosaka. Kegiatan yang berlangsung di rumah Kepala Dusun II, Bapak Naryono, ini dihadiri oleh para petani yang antusias belajar inovasi pertanian.
Solusi Jangka Panjang untuk Petani
Selama ini, banyak petani mengandalkan pupuk kimia yang harganya terus melambung. Penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus tidak hanya menguras biaya, tetapi juga berdampak buruk pada kesuburan tanah, kesehatan tanaman, dan lingkungan dalam jangka panjang. Penggunaan pupuk kimia berlebihan bisa merusak mikroorganisme penting dalam tanah, membuat tanah keras, serta mencemari sumber air. Kondisi ini diperparah oleh isu perubahan iklim, di mana ketahanan pangan menjadi semakin krusial. Oleh karena itu, mahasiswa KKN menginisiasi kegiatan ini sebagai solusi mitigasi perubahan iklim dan penghematan bagi petani.
POC: Pupuk Sehat, Tanah Subur
Para mahasiswa mengajak masyarakat untuk membuat Pupuk Organik Cair (POC) dari bahan-bahan organik yang mudah ditemukan, seperti sisa tanaman, sayuran, dan buah-buahan. POC adalah pupuk yang ramah lingkungan dan aman bagi ekosistem tanah. Karena nutrisinya sudah berbentuk cair, POC lebih cepat diserap oleh tanaman, merangsang pertumbuhan, serta memperbaiki struktur tanah secara alami. Pada sesi demonstrasi, masyarakat langsung mempraktikkan cara membuat POC dari limbah organik dengan bantuan EM4 sebagai biodekomposer.
Biosaka: Pemicu Alami untuk Tanaman Kuat
Setelah pembuatan POC, kegiatan dilanjutkan dengan sosialisasi Biosaka. Biosaka bukanlah pupuk, melainkan elisitor atau stimulan alami yang membantu tanaman mengoptimalkan kemampuannya sendiri. Ditemukan secara tidak sengaja oleh Muhammad Anshar dari Blitar, Jawa Timur, Biosaka dibuat dari remasan rumput atau dedaunan liar. Mahasiswa menjelaskan kriteria daun yang baik untuk Biosaka—harus mulus, tidak layu, dan tidak busuk (disarankan daun muda). Biosaka berfungsi sebagai "pemicu" hormon pertumbuhan yang membuat tanaman lebih kuat dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit, sehingga petani bisa menghemat biaya pupuk kimia secara signifikan.
Mahasiswa juga menekankan bahwa Biosaka telah terdaftar di Kemenhukham dan tidak boleh diperjualbelikan, sehingga petani harus membuatnya sendiri untuk mendukung kemandirian. Demonstrasi ini mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat yang melihat langsung proses pembuatannya.
Melalui kegiatan ini, diharapkan para petani Desa Rantau Jaya Udik II dapat beralih ke praktik pertanian yang lebih sehat, mandiri, dan berkelanjutan. Pengetahuan tentang POC dan Biosaka menjadi bekal berharga untuk meningkatkan hasil panen sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Penulis : Ayu Zahara - Mahasiswa KKN Universitas Teuku Umar, Aceh
Editor : Imam Mahesa. P - Mahasiswa KKN Universitas Lampung